Sabtu, 08 Desember 2012

Sosiologi Pariwisata Gembira Loka

Sejarah KRKB Gembira Loka

Ide awal pembangunan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka berasal dari keinginan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1933 akan sebuah tempat hiburan, yang dinamakan Kebun Rojo. Ide tersebut direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan bantuan Ir. Karsten, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Ir. Karsten kemudian memilih lokasi sebelah barat sungai Winongo, karena dianggap sebagai tempat paling ideal untuk pembangunan Kebun Rojo tersebut. Namun akibat dampak Perang Dunia II dan juga pendudukan oleh Jepang, maka pembangunan Kebun Rojo terhenti.

Pada saat proses pemindahan ibu kota negara dari Yogyakarta kembali ke Jakarta tahun 1949 dan setelah berakhirnya Perang Dunia II, tercetus lagi sebuah ide untuk memberikan kenang-kenangan kepada masyarakat Yogyakarta berupa sebuah tempat hiburan. Pemerintah pusat yang dipelopori oleh Januismadi dan Hadi, SH. Ide tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat Yogyakarta, akan tetapi realisasinya masih belum dirasakan oleh masyarakat. Hingga di tahun 1953, dengan berdirinya Yayasan Gembira Loka Yogyakarta, yang diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka K.G.P.A.A Paku Alam VIII sebagai ketua, maka pembangunan Kebun Rojo yang tertunda baru benar-benar dapat direalisasikan.

Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1959, K.G.P.A.A. Paku Alam VIII meunjuk Tirtowinoto untuk melanjutkan pembangunan Gembira Loka. Dipilihnya Tirtowinoto karena yang bersangkutan dinilai memiliki kecintaan terhadap alam dan minat yang besar terhadap perkembangan Gembira Loka. Ternyata sumbangsih Tirtowinoto yang tidak sedikit, baik dalam hal pemikiran maupun material, terbukti mampu membawa kemajuan yang pesat bagi Gembira Loka. Sehingga di tahun 1878, ketika koleksi satwa yang dimiliki semakin lengkap, sehingga pengunjung Gembira Loka mencapai 1,5juta orang. Namun, setelah itu pengunjung Gembira Loka cenderung kian menurun, antara lain akibat krisis moneter tahun 1998. Celakanya, di tengah upaya pengelola Gembira Loka untuk menarik kembali minat pengunjungnya, tahun 2006 gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah DIY dan sekitarnya. Gembira Loka pun tidak luput dari hantaman gempa bumi yang meluluhlantakkan dan diperparah dengan lahar dingin yang membanjiri Sungai Gajah Wong sehingga sebagian besar sarana dan prasarana yang dimiliki, termasuk beberapa fasilitas pendukung lainnya rusak berat. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman, kini yayasan Gembira Loka terus berbenah

Akte berdirinya yayasan pun kemudian diperbaharui dan disempurnakan melalui notaris Tabitha Sri Jeany, S.H., mkn Nomor 19 tanggal 18 Mei tahun 2007. Dalam perkembangannya, pada bulan November 2009 Yayasan Gembira Loka menjalin kerjasama dengan PT. Buana Alam Tirta untuk mengelola Gembira Loka, dan diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi Gembira Loka di masa depan.
 
Lokasi dan Luas KRKB Gembira Loka
Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka terletak di dua wilayah kecamatan. Yaitu Kecamatan Kotagede dan Kecamatan Umbulharjo. Kedua wilayah tersebut dipisahkan oleh sungai Gajah Wong menjadi dua bagian. Sebelah timur sungai merupakan kebun raya dan sebelah barat merupakan kebun binatang. Luasnya mencapai ± 20 ha yang berisi berbagai macam spesies flora, fauna, dan berbagai wahana rekreasi dan edukasi.  
 
Status KRKB Gembira Loka

Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka adalah suatu Badan Hukum berbentuk Yayasan, status swasta dengan akta notaris RM. Wiranto No. 11 tanggal 10 September 1953. Akte berdirinya yayasan pun kemudian diperbaharui dan disempurnakan melalui notaris Tabitha Sri Jeany, S.H., mkn Nomor 19 tanggal 18 Mei tahun 2007. Pada November 2009 Yayasan Gembira Loka memulai kerjasamanya dengan PT. Buana Alam Tirta.
 
Analisis Teori

Pendekatan sosiologis di dalam mempelajari pariwisata dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teori atau perspektif sosiologi. Perspektif/teori atau pendekatan manapun yang digunakan, kajian sosiologi pariwisata harus prosesual (memperhatikan aspek waktu dan proses), kontekstual (memperhatikan berbagai faktor lingkungan yang lebih luas, seperti faktor politik, geografi, ekologi, dsb), komparatif (membandingkan dengan situasi yang berbeda), dan bersifat emik (menggunakan perspektif dari berbagai aktor yang terlibat dalam pariwisata), sehingga analisis menjadi lebih komprehensif dan bermakna (Cohen, 1979).

Tempat wisata Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka (Gembira Loka Zoo) dapat dianalisis dengan Teori Fungsionalisme-Strukturalisme yang termasuk dalam Teori Konsensus yang memandang masyarakat sebagai suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang dipelihara oleh suatu mekanisme keseimbangan (equilibrium mechanism).

Teori Fungsionalisme-Strukturalisme melakukan analisis dengan melihat masyarakat sebagai suatu “sistem” dari interaksi antarmanusia dan berbagai institusinya, dan segala sesuatunya disepakati secara konsensus, termasuk dalam hal nilai dan norma. Teori fungsionalisme menekankan pada harmoni, konsistensi, dan keseimbangan dalam masyarakat.

Seiring dengan berdiri dan berkembangnya lokasi wisata KRKB Gembira Loka, belum pernah ada masalah ataupun konflik yang muncul, masyarakat sekitar dan pihak pengelola tetap harmonis karena muncul pembagian tugas yang secara tidak langsung membawa keuntungan sendiri bagi kedua belah pihak.

Beberapa asumsi pokok Teori Fungsionalisme-Strukturalisme adalah sebagai berikut:
  1. Masyarakat, sebagai sistem sosial, terdiri dari bagian-bagian (subsistem) yang independent. Masing-masing bagian mempunyai fungsi-fungsi tertentu, yang berperan menjaga eksistensi dan berfungsinya sistem secara keseluruhan.
  2. Setiap elemen atau subsistem harus dikaji dalam hubungan dengan fungsi-fungsi dan perannya terhadap sistem, serta dilihat apakah subsistem tersebut berfungsi atau tidak, dilihat dari akibat yang ditimbulkan oleh perilaku suatu subsistem. Jadi yang dilihat adalah fungsi real, bukan fungsi “yang seharusnya”.
  3. Kalau suatu sistem dapat mempertahankan batas-batasnya, maka sistem tersebut akan stabil.
  4. Berfungsinya masing-masing bagian (subsistem) dalam suatu sistem, akan menyebabkan sistem ada dalam keadaan equilibrium. Masyarakat yang equilibrium adalah yang stabil, normal, karena semua faktor yang saling bertentangan telah melakukan keseimbangan (Talcott Parsons).
  5. Apabila terjadi disfungsi pada suatu bagian, maka akan terjadi kondisi abnormal, sehingga equilibrium terganggu (Merton, 1957).
  6. Masing-masing elemen sosial mempunyai fungsi manifest dan fungsi latent.

Teori selanjutnya yaitu Teori Perubahan. Banyak berbagai macam perubahan yang terjadi di berbagai sektor KRKB Gembira Loka. Perubahan terjadi secara perlahan. Dapat diidentifikasi dari:
  1. Keberagaman fauna. Upaya untuk menambah koleksi fauna terus dilakukan oleh pihak pengelola KRKB Gembira Loka sebagai upaya konservasi satwa yang mampu memelihara dan melestarikannya sesuai habitat aslinya.
  2. Keberagaman flora. Terus menambah koleksi floranya dan melestarikan flora yang sudah ada agar tidak punah.
  3. Wahana yang dimiliki selalu diperbaharui dan dibangun wahana-wahana baru untuk melengkapi wisata KRKB Gembira Loka.
  4. Struktur organisasi kepegawaian.
  5. Harga tiket masuk dan tarif berbagai wahana yang disediakan selalu berubah mengikuti alur perkembangan berbagai bidang.
Dampak Yang Muncul

Hampir semua literatur dan kajian studi lapangan menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata pada suatu daerah mampu memberikan dampak-dampak yang dinilai positif, yaitu dampak yang diharapkan, bahwa peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan penerimaan devisa, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha, peningkatan pendapatan pemerintah dan sebagainya.
  1. Dampak terhadap peningkatan kesempatan kerja, peluang usaha dan pendapatan masyarakat, dengan adanya KRKB Gembira Loka, masyarakat sekitar diberdayakan untuk membuka peluang usaha dengan membuka area parkir di sekitar rumah mereka karena ruang parkir yang disediakan oleh KRKB Gembira Loka cukup terbatas. Selain itu pihak KRKB Gembira Loka juga menyediakan tempat untuk masyarakat sekita berjualan di dalam area KRKB Gembira Loka. Umumnya mereka berjualan makanan ringan, makanan berat, souvenir, dan lain-lain. Dari itu semua maka secara otomatis pendapatan masyarakat sekitar relatif bertambah.
  2. Dampak terhadap peningkatan kesempatan kerja, masyarakat sekitar biasanya direkrut untuk menjadi pegawai di KRKB Gembira Loka. Ada yang sekedar menjadi satpam, petugas kebersihan atau bahkan tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
  3. Dampak terhadap peningkatan pendapatan pemerintah, tentu saja dengan keberadaan KRKB Gembira Loka menaikkan pendapatan pemerintah. Kepemilikan swasta harus menyetorkan pajak yang tidak sedikit untuk pemerintah.
  4. Terjaganya lingkungan alam, sesuai dengan visi misi KRKB Gembira Loka secara garis besar untuk menjaga kelestarian flora fauna juga sebagai sarana rekreasi edukatif.

0 komentar:

Posting Komentar